Menyajikan Berita Akurat, Aktual dan Anti Hoax Kok Golkar Mendadak Menjadi Partai Ayam Sayur Dukung Anak Jokowi? - SNIPER JURNALIS
News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kok Golkar Mendadak Menjadi Partai Ayam Sayur Dukung Anak Jokowi?

Kok Golkar Mendadak Menjadi Partai Ayam Sayur Dukung Anak Jokowi?

 Oleh : Aznil Tan (Aktivis 98)

Jakarta, Golkar adalah partai tua yang besar. Partai yang pernah berjaya sebagai kekuatan pengusung Soeharto berkuasa selama 32 tahun. 

Kelompok golongan yang menyebut dirinya sebagai Golongan Karya yang kemudian disingkat Golkar ini menjadi kelompok sangat kuat dan berpengaruh selama Orde Baru. Golkar sangat identik dengan Orde Baru atau Orba.

Ketika reformasi 1998 meletus maka Golkar menjadi musuh bersama ( _public enemy_). Golkar pun tak luput dituntut dibubarkan seperti tahun 60'an menuntut Partai Komunis Indonesia (PKI) dibubarkan. 

Semasa Gusdur menjadi Presiden di awal reformasi (2001) pernah mengeluarkan dekrit pembubaran Golkar. Karena Golkar partai senior dan banyak memiliki orang-orang berpengaruh maka keputusan tersebut malah berbalik kejatuhan diri Gusdur dari tampuk kekuasaan.

Meski Golkar semasa reformasi menjadi musuh reformasi, tapi atas jam terbang dimiliki mereka malah menjadi partai pemenang pada Pemilu 2004. Dibawah ancaman di-pki-kan, Golkar mengalahkan semua partai reformis. 

Golkar di dalam era reformasi bermetamorfosis menjadi partai pengusung paradigma baru mengikuti tuntunan zaman. Golkar menjadi partai yang ikut reformasi dan mengelola partainya secara modernis dan paling demokratis diantara partai-partai reformis sekalipun.

Sampai sekarang, Golkar tetap eksis sebagai partai terbesar di Indonesia. Di Pemilu 2019, Partai Golkar menduduki peringkat kedua dari 16 partai yang ikut pemilu dengan perolehan suara 12,31%. Pemenang pertama adalah PDI Perjuangan dengan perolehan suara 19,33% dam di peringkat ketiga Partai Gerindra dengan perolehan suara 12,57%. 

Namun mengagetkan. Menyambut Pemilu 2024, tiba-tiba Ketua Umum Golkar Airlangga mengumumkan seorang anak mentah sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto. Pengumuman ini dilakukan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar, Sabtu (21/10).

Saya sebagai aktivis 98 ikut ketawa mendengar pengumuman itu. Ada dua hal membuat saya ketawa.

Pertama, dulu kami 98 melihat Golkar adalah sebuah partai yang sangat menakutkan karena banyak memiliki orang-orang kuat berpengaruh di republik ini. 

Jujur saya katakan, ketika kami menurunkan Soeharto dan aksi membubarkan Golkar, ada muncul rasa ciut melihat peta kekuatan Golkar tersebut.

Namun sekarang, saya  tertawa terkekeh-kekeh. Ternyata saya keliru!

Partai begitu besar di mata saya itu hanya sebuah 'partai ayam sayur'. Partai  lemah dan tidak memiliki taji lagi.

Jangankan Golkar  muncul mengusung presiden sendiri dengan gagah dan penuh gegap gempita, eh, malah bertekuk-lutut pada seorang anak  karbitan.

Lucunya anak karbitan itu hanya seorang walikota yang baru berapa tahun menjabat dan tidak ada rekam jejaknya berkecimpung dalam memperjuangkan gagasan besar untuk Indonesia. 

Dia  diagung-agungkan  karena bapaknya seorang presiden. Bukan karena seorang anak muda visioner yang lahir berdarah-darah dan merasakan langsung penderitaan rakyat. 

Golkar sekarang seperti miskin kader. Dia merampok kader partai lain. 

Pertanyaannya, pada kemana kader-kader Golkar yang selama ini tampil sebagai pendekar-pendekar politik menguasai kancah perpolitikan Indonesia yang keras dan kejam.

Kedua, saya ketawa bahwa semakin terang-benderang Golkar tersandera oleh Jokowi. Isu kasus korupsi pada Airlangga semakin terbuka publik untuk menyakininya.

Dugaan publik semakin kuat, bahwa Airlangga mengusung anak Jokowi karbitan itu dilandasi kepentingan untuk selamatkan dirinya dari jeratan hukum di kejaksaan. Airlangga menjilat istana dan mengorbankan partainya yang besar. 

Dugaan kasus korupsi Airlangga sebagai Menteri Perindustrian dan sebagai Menko Perekonomian pada dua periode Jokowi berkuasa menjadi sanderaan istana. 

Begitu juga, istana juga telah menyelamatksn dia dari beberapa kali rencana Munaslub untuk mengantinya sebagai Ketum Golkar selalu gagal.

Semua itu harus dibayar oleh Airlangga dengan membawa Partai Golkar mengusung anak Jokowi sebagai Cawapres Prabowo. Sebuah fakta aneh tetapi nyata.

Jokowi berlindung dibalik wajahnya yang lugu mampu mengunakan kekuasaannya untuk membangun sebuah politik dinasti.

Bahwa dia adalah raja. Bahwa dialah penguasa yang mengatur segala-galanya. Mengunakan segala cara untuk kepentingan kejayaan dirinya pada negara ini. Bahkan tega mengkhianati partai yang membesarkannya.

Mensetting anak sulungnya menjadi Cawapres. Mensetting anaknya bungsunya menjadi Ketua Umum pada satu partai. Mensetting menantunya menjadi Walikota. Mensetting iparnya menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi. Dan mensetting penjilat-penjilatnya menikmati kue kekuasaan.

Jokowi direpresentasikan sebagai anak kandung reformasi, ternyata dia kangkangi reformasi. KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) merupakan agenda utama reformasi 98, dia mana peduli hal itu. Emangnya, gue ikut berjuang!

Ironisnya, ada kelakuan sebagian aktivis 98 ikut berkolaborasi mengkhianati agenda reformasi tersebut untuk mensukseskan ambisi itu. Menikmati serpihan kue kekuasaan membuat mereka tega mengkhianati yang mereka perjuangkan sendiri.

Pemilu 2024 yang diharapkan sebuah Pemilu yang semakin menunjukkan kemajuan demokrasi Indonesia di mata dunia, tetapi berpotensi dirusak oleh kerakusan penguasa yang ingin mewariskan anaknya sebagai Cawapres. 

Sebuah bencana sebentar lagi semakin terbentang luas. Suka tidak suka, rakyat Indonesia mesti tarung lagi selamatkan Indonesia. Bagaimana pun, kehadiran anak Jokowi sebagai Cawapres merupakan pelangggaran komitmen bernegara dan berbangsa yang diamanatkan oleh para leluhur kita.

Aktivis 98 yang masih tegak lurus agenda reformasi tidak boleh diam. Kita harus turun gunung kembali selamatkan reformasi. 

Seandainya kita kalah sekalipun, kita tetap menjadi orang terhormat dan bukan menjadi kelompok pecundang yang ikut mengkhianati cita-cita reformasi 98 diperjuangkan dengan nyawa, darah dan airmata.

Saya menyakini, kelompok-kelompok idealis di Golkar tidak mau membiarkan Golkar dijadikan ayam sayur oleh Airlangga.

Mungkinkah sejarah besar penumbangan akan terulang kembali? Seperti Soeharto ditumbangkan karena  mengangkat anaknya sebagai menteri. Seperti kehadiran Puan dan AHY yang terus dikecam oleh masyarakat. 

Selamat berjuang!

Published : Suta Widhya 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar