Menyajikan Berita Akurat, Aktual dan Anti Hoax Jalan Bernegara dan Berbangsa Yang Salah Akibat Abai Pada UUD 1945 & Pancasila - SNIPER JURNALIS
News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jalan Bernegara dan Berbangsa Yang Salah Akibat Abai Pada UUD 1945 & Pancasila

Jalan Bernegara dan Berbangsa Yang Salah Akibat Abai Pada UUD 1945 & Pancasila




Profesor Yusril Ihza Mahendra mengatakan Indonesia di disimpang jalan, padahal yang terjadi Indonesia sudah jauh tersesat di jalan yang salah. Jadi persimpangan jalan itu sudah jauh dilampaui. Maka itu isyarat untuk kembali ke UUD 1945 jadi sangat kuat menjadi tajuk bincang banyak orang dan banyak kalangan.


PPAD -- Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat saja sudah secara terang benderang meminta jalan yang sesat itu dikaji ulang. Aktivis pejuang demokrasi dan penyelamatan negara -- termasuk bangsa -- mungkin sudah parau suaranya meneriakkan amandemen UUD 1945 itu dilahirkan secara sungsang. Artinya jelas ada pemaksaan dalam proses amandemen yang dianggap inkonstitusional itu.

Jalan yang sesat itu terjadi akibat abai pada pedoman yang telah disepakati bersama segenap warga bangsa Indonesia, yaitu UUD 1945 dan Pancasila. Akibatnya, keyakinan dan kepercayaan serta pengamalan sila-sila Pancasila menjadi barang rongsokan yang tidak terpakai. UUD 1945 pun, sejak dipreteli dengan amandemen semakin memberi peluang permainan politik semakin liar dan bar-barian dengan menghalalkan segala cara. Demikian juga dengan tata kelola ekonomi -- yang seharusnya diorientasikan sepenuhnya untuk rakyat -- semakin menjadi-jadi ikut pola kapitalisme global yang semakin keren disebut neo-liberal. Residunya, begitulah pola hidup konsumtif hingga budaya korup semakin gila-gilaan dilakukan pejabat, aparat, penyelenggara negara tanpa pernah merasa berdosa dan telah mengkhianati amanah rakyat.

Atas dasar itulah GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) digagas oleh Susuhunan Pakubuwono XII, Gus Dur (Abdurahman Wahid), Prof. Dr (HC) Habib Chirzin serta Sri Eko Sriyanto Galgendu dan sejumlah tokoh nasional dan agama ingin mengembalikan harkat dan martabat bangsa Indonesia yang mulia melalui gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual yang berlandaskan pada etik profetik. Moral dan akhlak mulia manusia sebagai khalifatullah di muka bumi yang mengusung titipan dari langit, yaitu rahmatan Lil alamin.

Logika akal sehat GMRI untuk membangkitkan gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual itu karena potensinya yang besar dimiliki oleh semua agama Samawi yang ada di Nusantara ini. Sehingga dengan begitu, gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual yang hendak dijadikan cara melakukan tata kelola negara -- untuk kemudian bangsa -- hanya mungkin dapat dilakukan dengan baik dan benar -- tidak sesat atau tidak bingung seperti anggapan Profesor Yusril Ihza Mahendra bahwa Indonesia sedang berada di simpang jalan -- bisa kembali kepada jalan yang baik dan jalan yang benar. Yaitu, senantiasa mengacu dan berpedoman kepada UUD 1945 (yang asli) dan Pancasila yang murni. Bila tidak, maka ketersediaan negara bersama bangsa yang dibawa serta akan semakin terperosok jauh, dan nyungsep untuk kemudian tinggal menunggu waktu saja menjadi lapuk dan ambruk, tak lagi punya nilai apa-apa kecuali puing sejarah paling menyedihkan dalam sejarah peradaban dalam kenangan belaka. (Jacob Ereste) 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar