DI KANTOR DIKMUDORA KOLTIM ADA INSIDEN MEMANAS, BUKAN JALAN KOTE PEMICUNYA. Bacaan Selengkapnya
SJs,-Sulawesi Tenggara-
Dua Orang diduga Pejabat organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kolaka Timur terlibat keributan. Video beredar mendunia.
Peristiwa tersebut terjadi di kantor Dinas Pendidikan kebudayaan dan olahraga (Dikmudora) Koltim, Sultra, Rabu (5/4/2023).
Berdasarkan rekaman video amatir berdurasi 2.25 detik, terlihat dua orang pria dewasa sedang mengenakan kemeja putih satu diantaranya telihat mengamuk berapi-api. Terlihat pula diruang tersebut hidung pria mengalami pendarahan, akibat ditabok pria mengamuk tersebut.
Sejak Rabu sore (5/4) video perkelahian tersebut terus beredar di media sosial (medsos) bahkan tengah menjadi perbincangan hangat dalam grup berita Nasional.
Kendati demikian, ada pihak menyebut, tidak mungkin Gegara Jalan Kote, sehingga Perkelahian tersebut terjadi di bulan puasa pada sore hari. " Saya yakin bukan Jalan Kote Penyebab nya. Kedua orang didalam video merupakan pejabat publik. Dia adalah Kabid dan Kadis Dikmudora koltim. Ada kebijakan Kadis dianggap kurang tepat oleh Kabid nya, begitu penyebabnya. Namun kita semua berharap Keduanya secepatnya berdamai", tegasnya, menghalau komentar sejumlah pihak di dalam komunikasi melalui aplikasi WhatsApp.
Kendati demikian, redaksi sniperjurnalis.com melansir hasil penelusuran Kepala Biro DM1 Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) melalui samrul DM1-red. (5/4)
Yang bernada nada tinggi pada peristiwa tersebut adalah seorang yang diketahui bernama Muchtar, yang menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan di Dinas Pendidikan Koltim.
Sementara seseorang yang berkali-kali memegang dan mengusap-usap hidungnya lantaran telah mengalami pendarahan adalah bernama Herman Amin Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Koltim.
Video yang berdurasi 2 menit 25 detik itu sudah dikirim dan diteruskan berkali-kali ke banyak WhatsApp Grup di daerah itu, hingga membuat geger dan seketika viral akibat kantor Dinas Pendidikan nyaris menjadi arena tinju antara Kabid Kebudayaan Vs Kadis Pendidikan Koltim.
Untung saja, sejumlah tamu beserta para staf di Kantor Dinas Pendidikan Koltim ini mampu melerai pertikaian hingga berhasil meredam keributan.
Namun meski begitu, banyak pihak yang mengaku geleng-geleng kepala dan menyatakan tak menyangka sama sekali jika keributan itu dapat terjadi, terlebih karena saat ini masih dalam suasana puasa di bulan Suci Ramadan. Sehingga tak sedikit orang pun bertanya-tanya dan mencari-cari tahu penyebab apa yang memicu sang Kabid itu sampai-sampai nekat melayangkan tinjunya ke hidung Kadisnya.
Muchtar mengaku emosinya memuncak dan tak lagi mampu dibendung, lantaran sikap dan kebijakan Herman Amin tidak lagi mencerminkan diri sebagai Kadis Pendidikan. “Semua Tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) saya itu dilimpahkan ke staf (lain),” ujar Muchtar kepada wartawan DM1, Rabu jelang sore (5/4/2023).
Muchtar menyatakan, bahwa dirinya tidak mempermasalahkan jika Tupoksi bidang Kebudayaan dialihkan ke staf lain, asalkan itu dibicarakan lebih dulu dengannya.
Namun yang terjadi, kata Muchtar, pengalihan Tupoksi Kebudayaan itu dilakukan sepihak oleh Herman selaku Kadis tanpa melibatkan dirinya. “Apapun masalahnya, kalau ada masalah pribadi dengan pimpinan saya siap mengalah sebenarnya. Tapi kita (saya) tidak pernah (dilibatkan dalam) rapat, tidak pernah saya dipanggil di ruangannya (untuk) dibina, langsung-langsung (tiba-tiba) saya diganti (penugasan),” keluh Muchtar seraya mengaku tidak tahu-menahu mengapa Kadis memperlakukan dirinya secara tidak adil.
Muchtar membeberkan, semua Kabid di Dinas Pendidikan Koltim diberi SK penugasan sebagai PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan), namun hanya dirinya selaku Kabid Kebudayaan yang tidak ditunjuk melalui SK selaku PPTK, melainkan hanya dialihkan ke staf lain. Dan itu dilakukan oleh Herman tanpa diikuti pemberitahuan atau penjelasan.
“PPTK itu jabatan yang melekat di Tupoksi. Seluruh kantor atau OPD kalau masih ada kepala bidang maka dia (sekaligus) PPTK-nya. Di kantor (di Dinas Pendidikan) semua Kepala Bidang itu adalah PPTK, (hanya) saya yang bukan,” ungkap Muchtar.
Muchtar mengaku sangat kesal kepada Herman selaku Kadis yang seolah memperlakukannya hanya sebagai pajangan, yang tidak difungsikan sama sekali sebagai Kabid Kebudayaan.
Karena merasa tidak difungsikan, maka Muchtar mengaku lebih baik dirinya dijadikan staf biasa, atau dinonjobkan, dipindah tugaskan. “Kalau berbagi tugas itu tidak apa-apa, (karena pasti) tetap ada kepala bidang. Kalau ini sama sekali tidak ada (tidak dilibatkan), berarti saya tidak ada fungsiku, tidak gunanya saya menjadi kepala bidang,” tandasnya.
Muchtar mengungkapkan, bahwa sebelumnya juga ada beberapa SK kegiatan terkait Tupoksi di bidang Kebudayaan, namun bukan diri Muchtar yang diberi SK untuk menjalankan Tupoksi Kebudayaan tersebut.
Kekesalan dan emosi itupun memuncak ketika mengetahui secara langsung dari staf lain bahwa SK PPTK yang telah lama ditunggu-tunggu itu ternyata bukan atas nama Muchtar. “Tadi malam baru saya tahu, tadi malam teman kantor kirimkan (SK itu) ke saya,” tutur Muchtar mengaku sedih karena ternyata semua kegiatan di bidang Kebudayaan bukan dia PPTK-nya.
Keesokan harinya, Muchtar pun langsung menumpahkan emosinya dengan menerobos masuk ke ruang kerja Kadis Pendidikan untuk menemui Herman yang saat itu sedang menerima sejumlah tamu.
Muchtar langsung memperlihatkan dan menanyakan SK PPTK kepada Herman sehingga terjadi adu mulut, yang membuat Muchtar secara spontan mendaratkan tinjunya ke wajah Herman hingga mengalami pendarahan di hidung.
Sementara itu Herman yang juga berhasil dikonfirmasi membenarkan adanya keributan tersebut. Namun Herman menyatakan bahwa kejadian itu hanyalah dinamika internal kantornya.
Meski begitu, Herman mengaku sangat menyayangkan dengan aksi nekat yang dilakukan Muchtar sebagai Kabidnya tersebut tanpa diikuti etika sama sekali.
“Saya ini kan atasannya, tidak boleh dia lakukan begitu. Harusnya dia laporkan kepada pimpinan saya dalam hal ini bapak bupati. Kalau tidak difungsikan sesuai tupoksinya ya intropeksi diri. Mengapa saya tidak difungsikan sebagai kabid. Dia harus bertanya seperti itu baru saya berikan penjelasan. Adakan namanya pembinaan,” ujar Herman.
“Tadi itu saya tidak tau apakah dia sengaja atau bagaimana. Kenapa dari kemarin dia tidak lakukan. Nanti ada tamu saya baru dia lakukan. Datang langsung main tendang pintu, mempertanyakan dan langsung main pukul. Itu namanya penganiayaan terhadap pimpinan. Salah besar dia,” Sambung Herman.
Semestinya, lanjut Herman, yang bersangkutan masuk ke ruangannya nanti setelah tamunya tidak ada. Lalu kemudian membicarakannya secara baik-baik. Tidak bertindak kasar begitu, tendang pintu masuk ruangan sehingga menyebabkan tamunya kaget serta melakukan penganiayaan terhadap dirinya.
“Kemarin kan saya satu hari di kantor sampai jam 5 sore. Kenapa baru sekarang dilakukan pada saat ada tamu. Apa memang sengaja mau mempermalukan saya. Kalau permasalahan SK PPTK, saya kan bisa saja menunjuk eselon IV sebagai PPTK. Saya juga sudah konfirmasi di keuangan dan diperbolehkan. Saya kan user. Jangan langsung datang main pukul begitu dan main ancam untuk ketemu di Kendari. Apalagi saya ini pimpinannya, tidak boleh begitu,” kata Herman.
Terhadap permasalahan ini, Herman mengatakan belum mau bertindak secara gegabah dengan melaporkan Muchtar ke polisi. Sebab ia mau melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan Sekda selaku pembina kepegawaian.
“Apa dayanya kita melaporkan pada akhirnya didamaikan juga. Makanya saya tidak mau gegabah meskipun banyak orang yang menyampaikan (mendesak) saya untuk melapor ke polisi. Saya (jawab) minta petunjuk dulu kepada pak Sekda selaku pembina PNS dan atasan saya,” tandas Herman. (SJS/DM1)
Posting Komentar