Menyajikan Berita Akurat, Aktual dan Anti Hoax Jacob Ereste : Ketamakan, Kerakusan dan Keangkuhan Yang Rapi Tersembunyi - SNIPER JURNALIS
News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jacob Ereste : Ketamakan, Kerakusan dan Keangkuhan Yang Rapi Tersembunyi

Jacob Ereste : Ketamakan, Kerakusan dan Keangkuhan Yang Rapi Tersembunyi





Sikap bijak itu lahir dari kerendahan hati yang dingin dalam mengendalikan hawa nafsu serta segenap egosentrisitas diri yang selalu ingin mendapat puja puji dan penghormatan yang cuma membuat hati bungah dan pongah.

Dalam penampilan pun yang menjadi pijakan trend terdepan, dominan untuk mendapatkan perhatian, tak merasa perlu memberi perhatian atau memperhatikansebagai sikap sadar serta kewaspadaan. Utamanya untuk mematut diri agar tidak salah melihat arah angin yang tengah berhembus menggiring kapal menuju pulau impian.

Puja dan puji itu, tapi tidak sampai memabukkan. Ibarat sulang persahabatan, sekedar basa-basi semata, selebihnya adalah menyulam hati dan berbagi suka dan sedikit duka, seperti adonan kopi yang tidak sampai mengilangkan rasa manisnya.

Jadi bukan kegilaan membsngun citra. Sebab citra itu bukan khayalan, tetapi buah manis dari tetumbuhan ditaman yang indah dan asri. Tentu beda rasanya dari yang dibeli di pasar impor. Karena bilangan soal untung dan rugi pasti akan merusak selera melahapnya.

Itulah pantun lama yang sempat tersingkap dari catatan usang yang tak lagi lengkap berikut penanggalan maupun tempatnya yang tercatat.

Meski begitu, toh semuanya bisa menjadi pengingat, bahwa tak semua masa lalu itu telah dilupakan. Ibarat pepatah, kacang yang lupa selalu lupa dan abai pada kulitnya. Tradisi pantun yang telah menjadi bagian dari koleksi barang antik di jaman now, memang sesekali masih enak untuk dinikmati dan dicermati, agar tak alfa pada semua peninggalan masa silam yang semakin usang. Toh, tembang tentang semut ireng perlu sesekali menegur rasa rindu yang tak sepenuhnya telah bertalak tiga.

Seperti di halaman rumah yang sempit di tengah perkampungan kota yang bising, kicau burung dari sangkarnya  yang penuh hiasan, menjadi warisan kelangenan yang mengasyikkan.

Tampaknya, inilah cara terbaik juga bijak untuk menghibur diri dari keruwetan yang semakin menyemak dan sumpek. Apalagi saat menjelang tahun yang semakin bersuhu tinggi, seperti bersaing habis dengan harga bahan pangan pokok yang tak mungkin bisa diganti dengan eceng gondok, seperti ide gila seorang ketua partai politik di negeri gemah ripah ini.

Gelagat Pak Lurah yang terlanjur birahi ingin kawin lagi untuk yang ketiga kali, memang bisa saja dilakukan, tapi niatnya semua orang tahu dasarnya karena nafsu dan ketamaan belaka. Bukan untuk dan demi keselamatan janda-janda. Jadi bukan katena sikap bijak, tetapi disebabkan sifat tamak.

Sikap dan sifat tamak itu pun, seperti keengganan untuk mendengar seruan atau pendapat orang lain. Apalagi kritik dan saran, seakan tak ada satu pun yang benar, kecuali yang ada dari batok kepala dia sendiri.

Dalam kondisi psikologis seperti itu, pasti tak ada dalam kamus dirinys yang disebut tepa selira atau tembang rasa. Karena hati yang rendah kini telah meninggi dan songong, boleh jadi dirinya pun sudah merasa jadi manusia setengah dewa. Tapi bagaimana pun, ketamakan, kerakusan dan keangkuhan yang rapi tersembunyi, tetap akan terendus oleh vibrasi hati yang tulus dan suci.(Puja)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar